Hujan

Senin, 10 Desember 2012 8 komentar
Bismillahirrahmaanirrahiim..



Sore, 30 November 2012

Hujan kali ini menyapaku dalam keadaan hati tak menentu. Menelan seketika kotak kepiluan,  meluruhkan peluh yang tak sempat terseka, membisikan perlahan sebuah irama nostalgia.

Hujan kali ini menuntunku untuk sekedar menyadari, bahwa diujung sana, bayangan itu masih saja  setia menjadi bagian dari sekelumit hati, dapat dirasa, namun tak kuasa terjamah.

Hujan kali ini menamparku yang terhanyut dalam tarian asa dengan jutaan bahkan milyaran percikan air yang terdengar nyaring dari serambi mesjid. 

Hujan kali ini menampakkan semburat bayang diri yang berceloteh tentang nuansa jejak yang berdebu. Konstelasi rasa begerumuh melompat dari toples-toples kenangan lusuh. 

Hujan kali ini menemani gema tawa yang dirajut dari setiap citra suara – suara para pengelana.

Hujan tengah mengajakku bermain sambil memanggil jejak-jejak yang terserak kemudian menawanku dalam putaran waktu.  

Untuk sejenak, segala temaram menjadi terang. 

*.*.*


Malam ini tiba-tiba saya merindukan hujan, saya rindu akan gemericik air yang jatuh berbenturan dengan batu dan tanah, saya merindu angin yang selalu menari bersama hujan, saya adalah perindu baunya tanah yang menjadi basah disetiap langit memulai orkesnya.

Saya suka hujan. Hujan sering membawa saya pada sebuah kenangan yang telah lama terkunci disudut hati. Membukanya dan membiarkan saya menikmati disetiap detiknya kenangan itu dimainkan. Sesungguhnya, hujanpun selalu memberi saya waktu diantara kegiatan yang padat untuk sekedar merenung, berpikir, dan belajar untuk bersahabat dengan diri. Karena, hiruk pikuk dalam ruang waktu terkadang menarik diri menjauh dari kesadaran akan nikmat yang dimiliki. Hujan selalu membuat saya tersenyum dengan permainannya.

Hujan selalu mengorbankan dirinya untuk yang lain, ia rela berpisah dan menghilang dari jangkauan awan dan angin demi membasahi manusia, hewan-hewan dan tumbuhan yang sebelumnya belum pernah ia jumpai. Terkadang manusia telah lupa bahwa yang hidup didunia ini bukan saja diri mereka, tapi juga ada kehidupan lainnya yang tengah mengikuti skenario Sang Pencipta, semua mahluk hidup selalu membutuhkan hujan. 

Hei, Allah mengingatkan kita melalui hujan. :)

 “Allah, dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang di kehendakinya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal: lalu kamu lihat  hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambanya yang di kehendakinya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (QS. Ar-Rum, (40):48)

Hujan tak seharusnya dihujat ketika ia menghampiri, meski hujan tak pernah bertanya kapan waktu yang tepat untuk menyapa. Kesombongan diri para manusialah yang sering menganggapnya sebagai penghalang segala aktivitas. Namun, perlu diingat, hujan tidak akan pernah berhenti datang meski tak setiap waktu, karena sebagai sahabat baik, ia tidak akan pernah mengecewakan mereka yang selalu bahagia akan kehadirannya. :)


 



8 komentar:

  • Anonim mengatakan...

    Wahai Hujan, sang pembawa kehidupan. Mengapa kehadiranmu selalu tidak diinginkan oleh sebagian orang ? Mengapa mereka selalu mengeluh ketika engkau datang ?

    Wahai Hujan sang pembawa kehidupan. Sesungguhnya engkau itu indah dan menawan di mata orang-orang yang pandai bersyukur. Kehadiranmu membuat seluruh isi bumi ini tersenyum tanpa bisa diukur.

    Wahai hujan sang pembawa kehidupan. Jika ada 1000 orang yang menginginkan dan merindukan kehadiranmu, maka salah satunya adalah aku. Jika ada 100 orang yang menginginkan dan merindukan kehadiranmu, maka salah satunya adalah aku. Dan jika hanya ada 1 orang yang menginginkan dan merindukan kehadiranmu, maka itulah AKU.

  • Anonim mengatakan...

    Hujan,,, aku akan selalu merindukanmu, seperti aku merindukan mentari ketika bumi ini mulai terlalu basah oleh air mata yang membanjiri. Aku akan selalu merindukanmu, seperti rindunya pepohonan, sepertinya rindunya biji biji kering yang berterbangan, serprtinya rindunya bunga layu yang tak sempat indah memekar.

  • Riska Razak mengatakan...

    rivai : terima kasih sudah berkunjung :) iya nih.. hhe yuuuuk :)

    ruangfana: terima kasih ya sudah brkunjng :) Hujan memang terlalu indah untuk dilupakan. karena setiap rinainya memercikkan berjuta warna kehidupan.

Posting Komentar