Rasanya sudah lama sekali saya tidak membaca novel bergenre misteri. Terakhir adalah si keren Sherlock Holmes dan sahabatnya Dr. Watson. Tidak perlulah saya menjelaskan betapa menakjubkannya novel Sir Arthur Conan Doyle tersebut, sehingga saya rela begadang semalam suntuk, tidak mau membuat jeda antara saya dengan tuan Sherlock. Sir Arthur memang ajaib. Entah mendapat ilham dan kecerdasan dari mana sehingga dia mampu membuat novel fenomenal semacam itu. Saya bahkan sampai sering menghayal jika saya adalah detective versi wanita dari Sherlock Holmes, betapa meriahnya hidup saya. Baiklah, kembali ke novel And Then There Were None, saya juga takjub, karena novel ini membuat saya merinding disko dan terperangah sepanjang cerita. Seketika saya menyadari bahwa Agatha Christie memang patut diberi julukan Ratu Kriminal sedunia. Hanya ada tiga novel yang baru saya baca dari Agatha Christie. Novel ini adalah yang pertama. Dan dua novel selanjutnya akan saya bahas dikemudian hari. InsyaAllah
***
Judul asli: And Then There Were None (Lalu Semuanya Lenyap)
Penulis: Agatha Christie
Alih bahasa: Mareta
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan ketiga, Oktober 1994
264 halaman
Judul asli: And Then There Were None (Lalu Semuanya Lenyap)
Penulis: Agatha Christie
Alih bahasa: Mareta
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan ketiga, Oktober 1994
264 halaman
Sinopsis:
Sepuluh orang diundang ke sebuah rumah mewah dan modern di Pulau Negro, di seberang pantai Devon. Walaupun mereka masing-masing menyimpan suatu rahasia, mereka tiba di pulau itu dengan penuh harapan, pada suatu sore musim panas yang indah.Tetapi tiba-tiba saja terjadi serentetetan kejadian misterius. Pulau itu berubah menjadi pulau maut yang mengerikan… Panik mencekam orang-orang itu ketika mereka satu demi satu meninggal… satu demi satu…Novel Agatha Christie yang paling mencekam dan menegangkan!Cerita detektif – tanpa detektif!
Kejadian bermula ketika seseorang yang mengaku sebagai Ulick Norman Owen, mengundang sepuluh orang untuk berlibur ke pulau yang banyak diperbincangkan oleh banyak orang pada saat itu. Pulau itu dikenal sebagai pulau negro. Karena banyak yang mengira bahwa pulau tersebut penuh dengan fasilitas mewah dan keindahan panoramanya. Tidak ada satupun dari kesepuluh tamu yang merasa aneh atau curiga akan undangan tersebut. Yang terbayang hanyalah liburan gratis nan mewah dan menyenangkan. Sesampainya dipulau, kesepuluh tamu tersebut disuguhkan dengan rangkaian kejadian yang sangat mengerikan. Satu persatu akhirnya terbunuh dengan cara yang sangat mengenaskan. Sesuai dengan sajak sepuluh anak negro yang tergantung diatas perapian masing-masing kamar. Kematian mereka merupakan hukuman. Kesepuluh tamu tersebut pernah melakukan kesalahan fatal yang tidak pernah tercium oleh hukum. Sehingga seseorang dibalik kejadian ini menuntut pembalasan seadil-adilnya berdasarkan tingkat terparah kejahatan, dan tentunya dengan gaya pembunuhan yang cukup unik.
Sajak Anak Negro
Sepuluh anak negro makan malam;
Seorang tersedak, tinggal sembilan.
Sembilan anak Negro bergadang jauh malam;
Seorang ketiduran, tinggal delapan.
Delapan anak Negro berkeliling Devon;
Seorang anak tak mau pulang, tinggal tujuh.
Tujuh anak Negro mengapak kayu;
Seorang terkapak, tinggal enam.
Enam anak Negro bermain sarang lebah;
Seorang tersengat, tinggal lima.
Lima anak Negro ke pengadilan;
Seorang ke kedutaan, tinggal empat.
Empat anak Negro pergi ke laut;
Seorang dimakan ikan herring merah, tinggal tiga.
Tiga anak Negro pergi ke kebun binatang;
Seorang diterkam beruang, tinggal dua.
Dua anak Negro duduk berjemur;
Seorang hangus, tinggal satu.
Seorang anak Negro yang sendirian;
Menggantung diri, habislah sudah.
0 komentar:
Posting Komentar